27 November 2006

Berbagi Kesedihan, Membagi Kebahagiaan

Siapa orang yang pertama anda ingat ketika anda sedang mendapat kebahagiaan? Taruh saja hari ini anda mendapat rezeki kuis 3 miliar, atau undian berhadiah berupa mobil mewah. Siapa orang yang anda traktir, siapa orang yang pertama kali anda ajak serta untuk mencoba mobil baru itu?

Ayah, ibu, suami, istri,adik, kakak, atau ada orang lain di keluarga anda, pembantu misalnya? Mungkin pacar, guru SD atau guru TK, atau malah orang yang pernah meminjami anda uang saat jajan di warung karena dompet anda tertinggal?

Siapapun orang yang menjadi pilihan itu, tentu saja dia adalah orang yang paling berkesan dalam hidup anda. Dia adalah orang yang paling istimewa. Maka wajar, ketika anda sedang mendapatkan rejeki berlimpah, sedang mendapatkan kebahagiaan, dia menjadi orang yang pertama kali anda ingat. Dia adalah orang yang anda pilih untuk membagi kebahagiaan.

Yups, andai saja anda diminta membuat skala prioritas daftar orang istimewa, siapa saja orang yang berada diurutan tiga besar? Atas dasar apa anda menetapkan urutan?

Bagaimana jika sekarang ceritanya dibalik. Siapa saja orang yang pertama kali akan anda ingat ketika anda tengah berada dalam kesulitan, ketika anda sedang bersedih, ketika sedang dililit utang?

Apakah ketiga besar orang di atas juga menjadi orang yang pertama kali hubungi untuk dimintai bantuan.

Orang seringkali merengek datang pada kita ketika yang bersangkutan tengah berada dalam kesulitan. Atau sebaliknya, kita akan dengan mudah datang kepada orang yang sebelumnya kita remehkan, dan dengan mudah juga kemudian melupakannya.

Saya atau mungkin anda tak menyangka jika orang yang selama ini kita anggap tak berguna: bodoh, miskin, jelek; ternyata justru hadir memberikan bantuan ketika kita tengah berada dalam kesulitan. Orang yang selama kita anggap sebagai musuh, selalu anda curigai, ternyata datang di saat yang tepat, menyelamatkan nama baik anda di depan teman-teman anda. Bukankah semua itu sangat mungkin terjadi?

Memang sebagai orang yang pernah menolong, kita tidak mengharapkan orang lain akan mengenang jasa-jasa kita. Tapi sudah menjadi "keharusan" kita yang pernah ditolong untuk balas budi dengan membalasnya jika ada kesempatan.

Bukan cuma datang kepada orang yang pernah menolong kita itu ketika kita sedang dilanda musibah, berbaik-baik kepada aorang lain karena ada tujuan dibaliknya, tapi tak ingat ketika sedang mendapatkan kebahagiaan.

Sekarang, siapa orang yang akan anda ingat ketika anda mendapatkan rizki 3 miliar atau undian mobil mewah?

Tulisan yang masih berkaitan:



2 comments:

  1. Baru dua orang nih Din. Mau jadi nomer tiga? Haha.

    ReplyDelete
  2. idih... masak cuma jadi yang ketiga:)

    kalau boleh tau, siapa kedua orang itu?

    ReplyDelete