13 July 2013

Sastra dan Filsafat

Nietzsche menyadari kelemahan sebuah sistem untuk menampung gagasan. Untuk menyampaikan pemikiran filosofisnya, dia menggunakan bentuk aforisme. Dengan membaca buku-buku Nietzsche, selain mendapat ajaran filsafat pembaca juga akan memperoleh kenikmatan artistik.

Penuangan gagasan filsafat dalam gaya khas sastrawi juga dilakukan oleh Sartre. Ulasan eksistensialisme, menurut sejumlah pengamat, justru lebih kuat disampaikan Sartre lewat karya sastranya ketimbang dari buku-buku filsafatnya yang ditulis secara sistematis.

Franz Kafka sebagai penulis yang membaca Nietzsche, dalam beberapa karyanya juga mengadopsi gaya aforistik. Karya-karyanya sarat dengan makna filosofis. Menurut hemat saya, The Transformation karya Franz Kafka dapat dianggap sebagai penggambaran terbaik atas pemikiran filsafat Nietzsche, atau malah bisa jadi merupakan kredo filsafat sang pengaranya sendiri.

Karya sastra dan filsafat memiliki hubungan yang timbal balik. Di satu pihak teori filsafat membantu seorang peneliti mengkaji gagasan filosofis dalam teks sastra. Di lain kesempatan, ajaran filsafat justru dihidupkan secara lebih konkret lewat karya sastra. Bisa pula dikatakan: sastra merupakan perkembangan dari filsafat, sementara filsafat sendiri adalah abstraksi dari sastra. Keduanya saling memberi kontribusi, para pengamat sastra kebanyakan juga para filsuf yang bertindak sebagai kritikus sastra.

Maka tidak perlu membicangkan hubungan antara sastra-filsafat, dalam bahasan mana yang lebih "tinggi" seperti dalam diskusi mahasiswa filsafat ini. Pembicaraan seperti ini jelas-jelas melalaikan ajaran Derrida yang mengecam cara pandang kaum strukturalis yang masih terjebak dalam sistem oposisi-biner. Derrida sendiri seorang filsuf, penerus Nietzsche, yang memberi perhatian luas pada kesusasteraan. Sepertinya, bukan cuma mahasiswa sastra yang perlu dibekali filsafat, mahasiswa filsafat juga perlu diberi bekal kesastraan.

Karya sastra sebagai sebuah karya kreatif pada akhirnya tidak memisahkan diri dari kehidupan, dia mengakrabinya dengan cara tertentu yang khas dimiliki oleh pengarangnya.

Semarang, Juni 2010

Tulisan yang masih berkaitan:



1 comment:

  1. Baik sastra maupun filsafat sama-sama menyimpan cerita. Dalam cerita itulah ada makna. Cerita muncul juga dari kehidupan manusia sehari-hari. Setuju..
    Bisa saling berbagi http://filsastra.blogspot.com/

    ReplyDelete