Front Pembela Islam (FPI) tampaknya mulai menyadari peran weblog sebagai media yang efektif untuk memuluskan perjuangannya menegakkan syariat Islam di Indonesia. Barangkali, oleh karena itulah mereka membuat blog http://fpi-online.blogspot.com. Blog ini berisi berita seputar kegiatan FPI yang sebelumnya pernah dimuat di media lokal maupun mancanegara.
Tapi sebentar dulu, benarkah blog http://fpi-online.blogspot.com dibuat oleh anggota FPI atau simpatisannya. Bisa jadi malah sebaliknya, blog itu dibuat oleh oknum yang tidak senang terhadap FPI. Siapa tahu blog itu justru diniatkan untuk menyebarkan black campaign, untuk menjatuhkan nama FPI. Who knows?
Untuk mengetahui apakah blog FPI Online dibuat untuk mendukung aktivitas FPI atau malah sebaliknya, dibuat untuk menyebarkan black campaign, misalnya, simak penuturan beberapa sumber berikut ini.
“Saya tidak tahu pasti blog itu benar-benar milik FPI. Kesan yang saya dapatkan setelah berkunjung ke sana adalah, blog ini justru dibikin untuk memperolok FPI. Dari kalimat deskripsinya, sidebarnya, foto-fotonya, terlebih lagi footernya (arabia - apa pula itu?!) semuanya terkesan menjelek-jelekkan FPI. Mirip Roy Suryo Watch,” tulis Ikram Putra di milis jurnalisme-sastrawi.
Roy Suryo Watch yang dimaksudkan adalah sebuah situs yang dibuat untuk menyanggah komentar-komentar Roy Suryo, sang pakar telematika, di beberapa media massa.
Situs tersebut saat ini sudah tak bisa diakses lagi. Namun, perjalanan polemik yang berlangsung dua tahun lalu itu bisa disimak diblog Priyadi.
“Dan itu pun tidak perlu diherankan. Tidakkah kita sudah sering dengar black campaign?,” tambah Ikram.
Menurut Ikram, Black campaign adalah kampanye menjelek-jelekkan, memperolok, yang dilakukan orang tanpa identitas jelas. Bisa anonim, atau bisa pula pseudonym. Ia berbeda dengan negative campaign, yakni kegiatan kampanye dengan menunjukkan kekurangan lawan. Dilakukan dengan terbuka atau ada pihak pembuat yang jelas. Dan menurutnya hal ini wajar-wajar saja.
Menurut Ook Nugroho, seperti yang ditulis dalam blognya (http://ruang-samping.blogspot.com), blog FPI online tampaknya sengaja didesain untuk bisa interaktif. Pengelola menyediakan shoutbox yang isinya justru lebih banyak memuat kecaman. Situs itu juga dilengkapi tool sitemeter, terdaftar di technorati, dan juga dilengkapi pernak-pernik yang sekarang sedang popular, yakni mybloglog.
"Ah, kalau saja jalan ngeblog ini bisa lebih menjadi prioritas mereka ketimbang model rame-rame yang nakutin orang dengan topeng ala ninja dan pedang samurai bikinan Tanah Abang, kita—maksudnya saya—pasti bisa lebih respek pada “perjuangan” mereka, betapa pun jauh dan berbedanya garis perjuangan kami," tulis Ook di blognya.
Karakteristik blog FPI online yang didesain interaktif, seperti dikemukakan oleh Ook mengundang beberapa pertanyaan. Benarkah jika blog itu dikelola oleh anggota maupun simpatisan FPI, pengelola blog akan membiarkan setiap orang bisa mengirim komentar di setiap tulisan tanpa ada moderasi. Apakah pengelola tidak khawatir akan adanya komentar spam, atau bahkan hujatan dari oknum yang tidak senang terhadap FPI. Apakah benar, jika blog itu dikelola oleh anggota ataupun simpatisan FPI, pengelola blog akan merelakan blognya diisi komentar yang bernada mengejek, bahkan cacian terpampang di kotak pesan dan tidak menghapusnya?
Satu hal lagi yang barangkali sulit untuk dipercaya, di blog FPI ini dipasang Google Adsense, sebuah layanan iklan berbayar yang berkantor pusat di Amerika Serikat. Bukankah FPI yang dikenal oleh masyarakat luas anti terhadap segala produk yang berbau Barat, produk AS dan sekutunya. Apakah FPI hendak menggunakan dana kompensasi yang didapat dari Google Adsense untuk kegiatan jihad mereka?
Selain yang sudah disampaikan, masih ada kejanggalan-kejanggalan lain dari blog FPI itu. Pada halaman sidebar dicantumkan beberapa link yang “haram” dibuka. Bukankah ini hal yang aneh. Logikanya, jika pengelola blog FPI melarang link itu untuk dibuka, mengapa dicantumkan?
Ada juga himbauan untuk tidak mengisi petisi anti FPI, namun linknya dipasang di sidebar. “Berani mengisi, masuk neraka,” bunyi ancamannya. Kedengarannya, kalimat ini lebih mirip “ejekan” ketimbang “larangan”, bukan?
Untuk melacak status kepemilikan blog FPI itu, saya mengajukan beberapa pertanyaan kepada pengelola blog via email yang saya dapatkan dari halaman profil. Mulanya saya mengusulkan untuk mewawancarainya via Yahoo Messenger (YM). Namun pengelola mengaku tidak memiliki YM. “Lewat email saja ya? Ana tidak punya ym..” jawabnya singkat.
“Ana bukan anggota FPI, hanya simpatisan sahaja. Blog ini ana dedikasikan untuk FPI yang berjuang untuk menegakkan Syariat Islam di Indonesia seperti halnya ana dan sohib-sohib ana yang tersebar dimana-mana. Jadi semacam 'un-official weblog' FPI.Ana sendiri dengar selentingan kabar kalau FPI akan membuat situs sendiri, dalam bentuk website,” jawabnya menanggapi pertanyaan yang saya kirim ke emailnya, indonebia@yahoo.com.
Soal dugaan adanya black campaign dari blog FPI itu, pengelola tak menolak, pun tak mengiyakannya. Menurutnya ia sekadar mengumpulkan informasi tentang kegiatan FPI. Tujuannya, agar orang yang ingin mencari info tentang FPI di internet lebih mudah.
“Biarkan siapa sahaja bisa berkomentar, karena media sendiri sering menjelek-jelekkan FPI. Pernak-pernik di weblog kami hanya sekadar penghias belaka, tak kurang tak lebih. Sekali lagi, ini sifatnya temporer sahaja,” jawabnya.
PENGELOLA blog FPI mengaku pemilik blog http://indonebia.blogspot.com. Dari perbincangan di beberapa milis, Indonebia dikenal sebagai seorang tokoh parodi FPI di dunia maya yang malang-melintang di berbagai milis. Penulusuran dilanjutkan dengan melacak beberapa link “terlarang” yang justru dicantumkan diblog. Salah satu link itu adalah http://zamanku.blogspot.com. Namun link-link “haram” itu kini sudah dicopot dari blog oleh pengelola.
Saya membuka fasilitas mybloglog yang ada diblog http://zamanku.blogspot.com (http://www.mybloglog.com/buzz/community/mediacare). Dari sini diketahui bahwa pengelola blog Zamanku juga mengelola blog http://mediacare.blogspot.com dan jaringannya yang jumlahnya mencapai 39 buah blog. Sebuah jumlah yang sangat fantantis. Uniknya di anggota komunitas blog Mediacare yang ada di mybloglog itu dicantumkan dicantumkan blog indonebia dan FPI online. Jadi, sebenarnya mereka musuh atau kawan Mediacare?
Saya mulai curiga, jangan-jangan blog FPI Online, yang mengaku pemilik blog Indonebia itu, juga pengelola blog mediacare?
Untuk membuktikannya, saya menyocokkan identitas (id) Google Adsense blog FPI online, Zamanku, dan Mediacare. Hasilnya tidak jauh meleset dari dugaan. Tiga blog itu ternyata memiliki id adsense yang sama. Id ketiga blog itu adalah "5604202362132912".
Mendapati informasi ini, saya mengonfirmasikannya ke pengelola blog FPI Online. Dalam email saya sampaikan bahwa saya menemukan id yang sama pada blog FPI online dan Zamanku, blog yang dilarang dibuka oleh pengelola FPI. Kepadanya saya juga menyampaikan, dari blog Zamanku diketahui pengelola blog ini juga mengelola blog Mediacare.
Lalu, apa motivasi pengelola, adakah skenario untuk menjatuhkan FPI atau mengadu domba Islam. Jika tidak, apakah yang dilakukannya ini sebenarnya untuk bisnis internet, seperti yang dilakukan oleh para blogger yang copy-paste artikel, membuat blog dalam jumlah yang banyak, untuk menjerat pundi-pundi Google Adsense?
Pada email yang ketiga ini, pengelola Blog FPI kembali menyampaikan bahwa apa yang dilakukannya sekadar mengumpulkan berita-berita tentang aktivitas FPI agar lebih mudah diakses oleh siapa saja yang membutuhkan.
“Kalo ‘black campaign’ ya tidaklah. Ana kan tidak ngarang-ngarang cerita dengan memutar-balikkan fakta tentang FPI. Ana sekadar mencuplik dari berita-berita di media massa, baik terbitan Indonesia maupun asing. Ana tidak mengurangi juga tidak nambah-nambahi. Mungkin lebih tepat disebut ‘un-official blog’ FPI. Kan di description juga ana cantumkan bahwa ana pendukung tegaknya syariat Islam di Indonesia, tapi ana tidak menyebut sebagai anggota FPI,” jawabnya.
Menurutnya, selama ini belum ada media massa di Indonesia yang berani memberitakan kegiatan FPI secara positif.
“Media bernuansa Islam macam Republika, Hidayatullah, Eramuslim dan lainnya saja jaga jarak kok, malah mereka lebih baik tidak memuatnya. Sedangkan nama FPI kan kebanyakan muncul kalo ada kericuhan dan lain-lainnya,” tambahnya.
Pengelola blog FPI sepertinya keberatan disebut telah melakukan black campaign. Pertanyannya, kalau pemilik blog FPI tersebut memang benar-benar pendukung tegaknya syariat islam, simpati dengan perjuangan FPI, kenapa dia juga menyediakan link-link ke situs yang bertentangan dengan misinya itu dan anehnya link ke blog terlarang itu justru juga dibuat oleh pengelola yang sama. Dia membuat blog FPI, tapi juga membuat blog tandingannya?
Lalu apa yang lebih tepat untuk menyebut aktivitas yang dilakukan blogger yang mengelola FPI Online, Zamanku, dan Mediacare itu jika yang bersangkutan keberatan disebut telah melakukan black campaign. Apakah diantara anda ada yang punya istilah lebih tepat?
*****
SIAPAKAH sebenarnya pengelola blog FPI online yang memiliki id adsense yang sama dengan blog Zamanku, dan blog-blog jaringan Mediacare itu?
“Soal yang lain-lain, maaf ana tak perlu jawab. Biarkan ana tetap ber-id Indonebia,” jawabnya mengakhiri email yang ketiga kalinya saya kirim itu.
ti sudah disampaikan, Indonebia diduga tokoh parodi FPI yang malangmelintang di berbagai milis. Sekarang, siapa pengelola blog Mediacare?
Dalam posting blog Mediacare berjudul “Duka Cita Chrisye, Badai pasti Berlalu” disampaikan bahwa pengelola atas nama “Radityo Djajoeri” turut berduka cita atas meninggalnya Chrisye. Nama Radityo Djajoeri ini juga masih bisa dilacak di mesin pencari blogger dan technorati dengan tag Mediacare. Saya sudah menanyakan ini dalam email wawancara, benarkah Radityo Djajoeri tokoh Indonebia. Tapi Indonebia tak menjawabnya. Dia minta “biarlah saya ber-id indonebia”.
Dari blog Media-Jakarta (http://media-jakarta.blogspot.com) yang merupakan blog jaringan Mediacare, dicantumkan kontak telpon Radityo Djajoeri: 0817-98022XX atau (021) 790-28XX. Saya menelpon kedua nomor itu. Pertama saya menelpon nomor ponsel, tapi tak ada yang mengangkat. Kemudian saya telpon nomor yang kedua, dijawab oleh suara seorang laki-laki.
Halo, ini mas Radityo?"
“Saya bukan Radityo….”
“Saya dapat nomor ini di blog Media Jakarta, jaringan blog Mediacare. Nomor ini dicantumkan di sana atas nama Radityo Djajoeri. Saya ada perlu sama dia….”
“Wah nggak tahu ya. Tut…tut.……..”
Meski tidak ada pengakuan dari Indonebia bahwa dirinya adalah Radityo Djajoeri, dari hasil penelusuran yang sudah dipaparkan itu, tanpa pengakuan Indonebia pun sebenarnya sudah cukup jelas: Radityo Djajoeri adalah pengelola blog FPI Online yang mengaku Indonebia itu. Jika tidak, kenapa dia tak mengklarifikasi dugaan saya bahwa Indonebia itu adalah Radityo, seperti yang saya kirim dalam wawancara yang ketiga?
****
Dari cerita di beberapa milis, Radityo Djajoeri pernah dikeluarkan dari milis Jurnalisme. Farid Gaban, moderator milis Jurnalisme menyampaikan di milis bahwa Indonebia itu tak lain tokoh yang diperankan oleh Radityo Djajoeri. Selain Indonebia, Radityo juga punya Id lain, yakni Reporter Jalanan (Reja) yang kemudian juga menyusul dikeluarkan di milis yang sama. Siapakah Radityo Djajoeri itu? Adakah nama ini benar adanya, atau ternyata sama saja seperti Indonebia, nama "samaran" petualang dunia maya?
“Aku tak kenal Radityo. Tapi namanya memang malang melintang di dunia milis,” tulis Tomi Satryatomo mengomentari tulisan di multiply saya. Tomi adalah Executive Editor-Current Affairs & Features di ASTRO TV. Sebelumnya dia adalah News Producer di Trans TV.
Dalam posting di blog InsideKompas.blogspot.com, pengelola blog mengaku kedatangan tamu istimewa dan dikagumi. Tamu istimewa itu adalah Radityo Djajoeri, pengelola blog Mediacare, blog yang mengupas isu media dalam dan luar negeri. Ini sebuah gambaran lain akan sosok Radityo Djajoeri alias Indonebia. Di mata pengelola blog “Pecinta Kompas”, Radityo dianggap sebagai tamu terhormat, blogger istimewa, apakah benar demikian, ataukah pengelola blog Inside Kompas itu tidak mengetahui sepak terjangnya di dunia maya?
Belakangan diketahui pengelola blog Inside Kompas itu adalah Pepih Nugraha. Ia bekerja di Harian Kompas sejak 1 Mei 1990. Pepih sekarang menjabat Wakil Kepala Desk Multi Media untuk Kompas Cyber Media (KCM). Dari pengakuannya, blog ini diurusnya sendiri, tak ada orang lain yang membantu.
"Saya memosisikan diri sebagai karyawan Kompas saja, yang tidak rela lembaga tempat saya dideskreditkan, dihina, didemo, dan bahkan mau diserbu oleh pendemo yang dikompori oleh blok Kompasinside yang dikelola AJI. Saya berupaya independen, ketika manajemen berbuat tidak adil, saya juga akan mengeritik mereka pedas (hanya tersiar di milis karyawan Kompas)," ungkapnya. KompasInsode adalah blog tandingan yang dibuat oleh para wartawan yang tergabung dalam Asosiasi Jurnalis Independen (AJI). Alamat blognya http://kompasinside.blogspot.com.
"Soal Radityo itu, sungguh saya tidak melihat sosoknya, saya tidak kenal dan saya tidak menilai orang dari sosoknya, apalagi saya belum kenal. Saya hanya membacanya dari Mediacare, blog yang konon dia asuh. Saya banyak menimba ilmu dari situ, setidak-tidaknya gosip pers di dunia maya. Kalau saya katakan dia tamu terhormat, tentu saya tidak akan mencabut penyebutan itu," tambahnya.
Namun, ketika saya bilang hendak menampilkan komentarnya dalam tulisan ini, Pepih menambahkan, “Saya menyatakan sikap sanjungan terhadap Radityo dengan Mediacare-nya itu sebelum Mas membongkar kasus Radityo dengan blog FPI-nya itu. Saya apreciate upaya Anda mencari kebenaran. Bravo!”
Untuk mengetahui bagaimana sikap FPI atas blog FPI online, saya menghubungi kantor pusat FPI seperti yang dicantumkan dalam blog FPI Online tersebut. Ternyata nomor itu benar alamat telepon FPI pusat. Oleh seorang perempuan yang menerima telpon, saya disarankan menghubungi Irwan Arsidi.
“Untuk urusan ini, silakan tanya kepada pak Irwan. Dia sekretarisnya Habieb,” jawabnya. Habieb yang dimaksud adalah Habib Rizieq, Ketua Umum FPI.
Dari percakapan telpon dengan Irwan, tampak kesan dia sosok yang ramah. Malam itu dia bilang sedang menemani putra habib Rizieq jalan-jalan.
“Kita sudah mendengar kabar itu. Namun kita nggak mempermasalahkan. Blog itu malah bisa mempublikasikan kegiatan-kegiatan FPI,” jawabnya.
Tidakkah FPI menganggap blog itu sebagai black campaign?
“Selama ini kita masih melihat sisi positifnya. Kita biarkan saja dulu, baru kalau sudah terlalu memojokkan FPI, kita akan bertindak,” jawab sekretaris Badan Investigasi FPI itu.
Menurutnya, kasus semacam ini sudah beberapa kali terjadi. Irwan mengaku tidak mengetahui siapa yang membuat blog FPI itu. Ia menduga hal itu dilakukan oleh orang-orang yang simpati terhadap FPI. Sebelumnya FPI pernah memiliki website, namun dirusak oleh hacker.
“Dalam waktu dekat, Insya Alloh bulan depan kita akan punya website. Rencananya akan pakai domain org,” jawabnya.
Apa yang dilakukan oleh sosok anonim bernama "Indonebia", pengelola blog FPI Online, atau sosok yang sama bernama “Radityo Djajoeri” pengelola blog Mediacare, menarik untuk dicermati. Dua nama yang diduga kuat satu oknum yang sama ini malang melintang di berbagai milis dan dia juga memiliki banyak blog. Siapakah dia sebenarnya, untuk apa dan siapa dia melakukan itu semua, tidakkah semua yang dilakukan itu sebuah pekerjaan yang melelahkan, apakah pekerjaan itu dilaksanakan oleh tim?
Namun demikian, jika benar blog itu diniatkan untuk menyebarkan black campaign, toh oleh FPI justru ditanggapi positif. Blog FPI Online ini dikatakan Irwan dapat membantu mempublikasikan kegiatan FPI yang tak banyak diekspose oleh media. Benarkah kehadiran blog FPI Online itu menguntungkan FPI, atau FPI saja yang ceroboh tak mengetahui siapa sebenarnya pengelola blog yang di beberapa forum justru kerap mendeskriditkan FPI dan rekan-rekan seperjuangannya yang hendak menegakkan syariat Islam di Indonesia?
Dari blog FPI Online, kita dapat memetik pelajaran berharga bahwa meski internet memberikan siapapun ruang yang luas untuk menyampaikan informasi, namun sebagai penulis, seorang punya tanggungjawab atas informasi yang disampaikannya. Dan sebagai pembaca, sikap kita harusnya melacak setiap informasi yang ada di internet, baik yang disampaikan diblog maupun di situs berbayar, dan tidak serta-merta menelan mentah-mentah apa yang disampaikan di sana. Salah satunya dengan mencari tahu dari mana informasi itu bersumber. Ini penting, karena tidak semua informasi yang di dapat dari internet benar, sebagian adalah sampah!
[tulisan ini dimuat dalam tiga tulisan di http://gaya.suaramerdeka.com atau http://blog.suaramerdeka.com ]
Wah hebat mas udin ini, kayak Sherlock Holmes aja. Saya nggak pernah ngira lho mas oalnya jadi berkembang begini.
ReplyDeleteSalam sukses.
great job bro!!! aku barusan tau lho ttg semua hal ini..thnaks for posting ya...^_^
ReplyDeletebtw...salam kenal yah...thanks dah mampir..
Selamat atas kerja kerasnya menelusuri pengelola blog tersebut!
ReplyDeleteKok di milis mediacare gak muncul ya isu ini? Padahal ini isu yang paling panas dan penting di dunia media.
Mari ngeblog lagi!
Blog sendiri maksudnya :)
hehehhe... hebat juga mas udin ini, salut pada ketekunan anda! buat saya sendiri, postingan indonebia lebih buat hiburan. awal2 sih emang bikin panas, tapi lama2 justru saya cari2 kalo gak ada, hehehhe...
ReplyDeleteLuar biasa investigasinya. Ternyata masih ada ya membuat blog dengan nama samaran, ingat tahun 1990-an dulu. Sekarang jaman terbuka saja, masa reformasi, kata orang. Bagaimana ?
ReplyDeletebetul, bung Asep. saya juga nggak habis pikir, ngapain harus ngumpet-umpet. bagi saya pribadi, pembuat blog macam itu adalah "pengecut", atau "banci" menurut istilah bung Jarar, pengelola blog BatakNews.
ReplyDeletetapi saya tak sedang ngomong soal salah atau benar. silakan Radityo melakukan itu. cuma, kita setidaknya yang tahu punya kewajiban kepada pembaca untuk mengingatkan, ada apa dan siapa di balik blog itu. Kalau memang pembaca welcome saja dengan blog itu, ya silakan. berarti itu pilihan dia, dia tak sedangterkecoh. soalnya blog itu akan sangat mungkin bisa mengecoh banyak orang.
bung, kira-kira mungkin nggak dia melakukannya sendiri,untuk dia sendiri, atau dia bekerja untuk lembaga atau pihak tertentu. kalau memang itu dilakukan oleh pribadi, semangat orang ini berarti luar biasa sekali.
Masya Allah....
ReplyDeleteSaya sangat menyayangkan tindakan FPI wktu di monas 1 juni tu....
Hanya satu kata yang pantas buat FPI
ANARKHIS!!!!!!
Satu lagi MEMALUKAN!!!1
Subhanallah
ReplyDeletesaya dukung dan mari kita jadi syahid dunia maya
maju terus.
HORE FPI BUBAR...........
ReplyDeleteTrims posting ini bermanfaat buat saya. Jadi tau siapa si Radityo Djajoeri yang hebat pemilik Mediacare itu. :)
ReplyDeletesemuanya itu satu oran gyg sama,
ReplyDeletetermasuk juga di milis bergentayangan yg mengaku sbg, Ny. Muslim binti Mustikawati, Hakekatku dsbg..
cuma2 seseorang yg digaji utk nyerocos..!
hahaha..
Yesus Kristus memang Tuhan bagi babi!
ReplyDeleteYesus Kristus si Bajingan Tengik!
Yesus Kristus adalah gak pantes disembah, pantesnya diceburin ke kolam rame-rame!
Hua-Hua!
Yesus Keparat!
semoga anda segera menyembahNYA...amin
DeleteMAJUUUUU TERUSSSS FPI PANTANG MUNDUR, TEGAKAN KEADILAN MENURUT SYARIAT ISLAM,,GIBAS & LIBAS PARA OKNUM & KORUPTOR MEREKA SMUA HANYA SEMAKIN MEMBUAT RAKYAT MENDERITA....!!!!!!!
ReplyDeleteTolong untuk fpi sesekali lihat daerah ciamis selatan khususnya di daerah pangandaran,,banyak sekali tempat2 maksiat & anehnya pemerintah daerah cuma bengong mlompong,tanpa menghiraukan efek dari pada tempat maksiat tersebut khususnya pasar wisata yg seharusnya tempat untuk berjualan oleh2 khas daerah tersebut, ehhh mlhn di pke tempat berjualn wanita kini pasar wisata pun berubah menjadi PASAR WANITA,di tambah para preman yg semakin hari semakin merajalela,yg seolah olah hukum baginya tdklah mempan,mereka sering membuat keonaran,kasian masyarakat yg ada di sekitar pasar itu merasa terganggu dngn adanya kegiatan DAJJAL2 itu....mhn di perhatikan untk FPI...WASSSALAM HAMBA ALLAH
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete