Tanggapan untuk Ikram di Boulevard, Lembaga Pers Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB),
Saya pengen urun rembuk (usul pemikiran) dari komentar yangdisampaikan oleh Ikram mengenai keberadaan Menwa di kampusnya ITB.Saya akan menyampaikan komentar saya dari apa yang saya temukan diUndip.Hayamwuruk pernah menulis tentang Resimen Mahasiswa (Menwa) padaedisi I TH X /1995. Tulisan tersebut dimuat dalam rubrik komentardengan judul "Keraguan di Sekitar Keberadaan Menwa".Walhasil, setelah pemberitaan itu kantor redaksi Hayamwuruk dilimparibatu oleh orang yang tidak dikenal. Batu itu dibungkus dengan kertasbertuliskan 'untuk Hayamwuruk'.Waktu itu Menwa memang masih lekat dengan seragam Loreng ala militerdan masih diijinkan untuk membawa pistol dan senjata tajam.Keberadaannya membuat mereka tampak eksklusif.Di kampus mereka menjadi tangan kanan rektor untuk memonitoraktivitas gerakan mahasiswa. Posisi ini sering membuat merekaberlawanan dengan kawan mahasiswa yang lain. Tak jarang bentrok Menwa-mahasiswa dalam aksi demonstrasi terjadi.Hal ini membuat keberadaan Menwa makin terpojok. Mereka dikucilkandari komunitas mahasiswa yang lain karena tidak satu aliran dan satugerakan.Beberapa kali dalam sejarah, Menwa melakuakan pembenahan posisi. Padamulanya wadah ini untuk menampung mahasiswa yang tertarik dengan olahkeprajuritan. Keberadaan mereka diperkuat dengan SKB (Surat KeputusanBersama) tiga menteri-Mendagri, Menhankam, dan Mendikbud. Dalamperjalanannya Menwa semakin menunjukkan peran gandannya. Sikapekskulisif tersebut menjadikan anggota menwa superior dan over acting.Setelah reformasi bergulir, Menwa mulai menata kembali keberadaannyadalam kancah aktivitas mahasiswa di kampus. Menwa yang sebelum masareformasi langsung di bawah komando Pangdam sekarang dikendalikanoleh masing-masing rektor. Posisinya sekarang sama dengan unit-unitkegiatan mahasiswa lain di tingkat universitas.Perubahan tersebut terpaksa harus dilakukan bila tidak protes kerasuntuk membubarkan Menwa akan semakin memerahkan telinga mereka.Gambaran di atas adalah potret Menwa zaman doeloe, Menwa di Undipsekarang sudah mulai bisa menempatkan posisinya. Mulai dari seragammereka. Di kampus mereka menggunakan seragam PDH (Pakian DinasHarian). Warnanya coklat muda, saya menyebutnya `krem'. Lebih miripseperti seragam dinas pegawai Pemda.Di luar kampus, misalnya dalam kegiatan latihan mereka di lapangan,mereka mengenakan seragam PDL (Pakian Dinas Lapangan). Warnanya hijautua, seperti seragam TNI. Memang seragam TNI, karena sebagian jugamemakianya dari pakaian bekas TNI yang mereka dapat dari pasaran.Saat ini, kegiatan mereka di kampus akan ditemuai dalam berbagaiacara seremonial universitas. Seperti dalam prosesi wisuda, upacarabendera memperingati hari-hari nasional dan acara seremonial lainnya.Peran dan fungsi ganda sebagai spionase TNI maupun rektor sudah sulitsekali ditemukan. Bahkan sulit sekali untuk membuktikannya.Dalam aktivitas kemahasiswaan di Kampus sekarang, mereka jugadilibatkan. Sebagai contoh dalam kegiatan Pemilihan Umum RayaUniversitas, mereka juga dilibatkan dalam struktur dewan pengawas.Sama seperti unit-unit kegiatan mahasiswa lain. Mereka terlihat bisamembaur dengan komunitas mahasiswa lain.Dengan keluwesannya, Menwa di Undip agaknya sudah mulai bisaditerima. Buktinya sudah jarang yang mempermasalahkan. Mereka jugasama seperti mahasiswa yang lain.Kalau mahasiswa ikut UKM, mereka bisa berharap agar bisa mendapatkeahlian tertentu sesuai yang mereka inginkan. Sama halnya denganmahasiswa yang masuk Menwa. Mereka yang masuk Menwa ingin tahutentang pengetahuan bela Negara. Atau sekadar ingin belajar baris-berbaris, ingin berlatih menembak, atau ingin tahu tentang duniamiliter. Tapi itu hak mereka juga khan? Termasuk apakah mereka jugapengagum sosok TNI juga sah-sah saja. Bukankah kita juga secaraterang-terangan juga memposisikan diri sebagai orang pers? Dalam halini juga pengagum sosok `jurnalis'.Semua punya porsi yang sama. UKM adalah tempat untuk berproses,tempat untuk menekuni bidang keahliannnya masing-masing. Cumapermasalahnnya, UKM juga mahasiswa. Punya idealisme, punya sense ofintellectual. Tapi perlu diingat bahwa mahasiswa juga manusia, punyarasa, punya keinginan, he2…Bagi saya yang penting selama masih dalam batas kewajaran it's OK.Menwa adalah Menwa, bukan militer. Mereka sama seperti yang lain,kumpulan mahasiswa yang menekuni bidang yang ia geluti.Namun bila sudah diluar batas kewajaran, bahkan bila Menwa sekarangtidak ada bedanya dengan Menwa zaman orde baru, itu baru perludipertanyakan. Bagaimana?
ReplyDeletedasar muka kondom lo din! hahahahahaha