Tanggapan untuk Nouval di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Biru Institut Pertanian Bogor (IPB),
Membaca nama Gola Gong, saya teringat komunitas di mana ia bergelut.Bersama para 'mujahid pena' ia turut membesarkan nama Forum LingkarPena (FLP), sebuah organisasi yang berkonsentrasi dengan penulisan fiksi, khususnya fiksi islami.Ada kejengkelan dalam hati saya selama membaca beberapa karya orang-orang FLP itu. Saya merasa sedang didoktrin sebuah paham. Diamenggiring saya untuk mengikuti sebuah ideologi tertentu. Memangtidak semua penulis FLP melakukan hal itu dengan vulgar, sebagianpenulis senior memang telah lihai dalam mengemas tulisan. Namun sayabenci dengan model sok menggurui ini. Entahlah apakah pembaca yanglain juga merasakan hal yang sama.Bagi saya tidak seharusnya satra dijadikan sebagi alat dakwah. Sastraya sastra. Tak ada halal tak ada haram, justru semua halal dalamsastra. Yang penting dalam sastra adalah kesan yang disajikan, bukanpesan yang disampaikan oleh penulis akibatnya pembaca merasa sepertiorang yang sedang dibodohi.Celakanya lagi, rata-rata karya sastra islami itu relatif tidakmemenuhi standar estetika sastra. Kemampuan sastra dan menulis parapenulis masih sangat lemah. Hal ini bisa dimengerti karena kebanyakanmereka menulis bukan untuk ber-sastra namun untuk berdakwah.Dalam pemahaman saya, sastra islam berbeda dengan sastra islami.sastra islam cenderung lebih universal (baca tulisan, GunawanMuhamad, Danarto, Abdul Hadi WM, Gusmus atau mungkin Ayu Utami, ha2).Namun sastra islam masih terpatok dalam bentuk (formal), hampir samaseperti sastra yang masih menganut faham formalisme. Pemahaman islammereka disajikan secara 'mentah-mentah' dalam sebuah penafsiran tekssastra. Untuk karya ini, salah satunya karya-karya penulis FLP.SAAT ini saya sedang inten memperhatikan perkembangan FLP. Dari yangsaya tahu, FLP sekarang sudah ada kepengurusan baru, setelahkepengurusan Helvi Tiana Rosa (HTR), saat ini FLP dikomandani olehKang Irfan Hidayatulloh, Dosen Sastra Indonesia Unpad Bandung. Bahkansaat ini juga ada devisi kritik, di bawah kendali Ekky Malakku,alumni sastra Arab UI.Dengan kemajuan ini saya harapkan akan terjadi perubahan pada karya-karya FLP ke arah yang lebih baik sehingga karya mereka bisa diterimaoleh semua kalangan, tidak hanya dikonsumsi oleh kalangan sendiri.Ibaratnya seperti orang yang sedang onani (maaf), 'dibuat sendiri dandinikmati sendiri'.Semoga tuhan masih melindungi mereka semua dan saya yang telahmengutuk mereka. Amiin.Pendapat saya ini berangkat dari pemahaman, bahwa islam adalahrahmatan lil alamiin (cie...), sehingga islam itu universal. Islamtak harus disampaikan secara bentuk 'vulgar', nilai-nilai yangterkadung teramat luas untuk kita jangkau. Islam tak harus di masjid,namun boleh saja islam di dugem (maksudnya menyebarkan islam di sanadengan nilai-nilai yang universal juga tentunya, he2).Bila ada yang tersinggung, mohon maaf. Wallahu a'laam bissyowaaab.
Mantap mas tulisannya,
ReplyDeletemampir ke blog ane
http://all-thewin.blogspot.com/