15 December 2006

Resensi Blog: Sejuta Puisi, Berjuta Rasa

Apakah anda termasuk tipe orang yang romantis. Apa yang anda lakukan ketika sedang jatuh cinta? Bila anda suka menulis puisi untuk pacar, silakan belajar kepada Hasan Aspahani. Pemilik blog sejuta-puisi.blogspot.com ini punya resep jitu untuk membuat orang lain jatuh cinta kepada anda.

Dari puisi, HAH (nama pena Hasan Aspahani) bertemu dengan perempuan yang kini telah memberinya dua putra dari hasil pernikahannya. Sang mantan pacar itu, kata HAH, sangat menyukai sajak-sajaknya. Ia pula yang rajin mengumpulkan puisi-puisinya.

"Waktu kuliah saya hanya dan hanya menulis puisi untuk pacar saya yang kini jadi istri. Bisa satu buku tuh hehe," ungkapnya.

Tapi tidak semua orang memahami puisi. HAH pernah dimarahi teman di sekolah SMA karena menulisi puisi di buku catatan harian milik temannya itu. "Dia gak ngerti. Malah marah, kenapa bukuku dicoret-coret!" kenangnya.

Itu kisah HAH kali pertama mengenal puisi. Kebanyakan orang mengenal puisi ketika sedang jatuh cinta. Puisi digunakan sebagai medium untuk merayu sang pacar. Puisi dimaknai sebagai sesuatu yang melulu romantis. Pengertian puisi seperti itu belakangan malah ditentang oleh HAH. Dirinya kini berbalik haluan.

Penyair besar RM Rilke dan Arswendo Atmowiloto pun ia gunakan sebagai rujukan. “Rilke bilang jangan menulis sajak cinta. Wendo bilang sajak cinta itu wabah.” Memangnya kenapa menulis puisi untuk pacar dilarang?

"Ya gampang menular. Dan jadinya gampangan, hehehe" jawabnya ringan.

Bukankah penyair Sapardi Djoko Damono (SDD) pernah menulis sajak tentang cinta "Aku Ingin Mencintaimu dengan Sederhana". Apakah ada perbedaan makna antara "cinta" orang awam dengan "cinta" bagi penyair?

Menurut HAH, sajak SDD itu berbicara tentang kehidupan, bukan cinta. Cinta bagi penyair itu intinya kehidupan, kearifan, bukan sekedar bilang rindu atau kangen. Oleh karena itu, baginya membuat sajak cinta tidak mudah karena yang dituju adalah Aku, sang pencipta.

Kini apapun bisa menjadi ide bagi HAH untuk menciptakan puisi. Dari soal gempa, berita Lumpur Panas di Sidoarjo, persoalan sehari-hari, sampai perselingkuhan antara selebriti dan anggota dewan yang belakangan menghangat, semuanya bisa menjadi ide untuk membuat puisi. Sajaknya yang diilhami dari gempa Yogya berjudul “Tidur Setelah Dongeng” dimuat di harian Kompas.

Selain diterbitkan di koran, sajaknya juga terbit dalam buku antologi. Diantaranya “100 Tahun Bung Hatta”, “Sagang 2000”, “Dian Sastro for Presiden # 2”, “Les Cyberlettres”, “Nubuat Labirin Luka”, dan “Yogya 5,9 Skal Richter”. Puisinya juga menang di Lomba Penulisan Puisi 100 Tahun Bung Hatta (10 Besar), dan Krakatau Award 2006 (Pemenang IV). Semua sajak HAH bisa ditemukan diblognya sejuta-puisi.blogspot.com, dan beberapa puisi lama masih disimpan di blog Cybersastra.net.

Hasan tak hanya membuat puisi. Ia juga menerjemahkan beberapa karya penyair luar negeri. Seperti yang baru-baru ini dia terjemahkan, soneta Pablo Neruda. Semua sajak dalam buku "20 Love Poem and A Song of Despair" ia terjemahkan.

"Dia sangat produktif dan sajaknya amat kaya. Variatif. Dia sajakkan hal hal remeh, kayak garam, ikan tuna, baju lecek dan lain lain," ucapnya kepada penyair asal Cile yang dikaguminya itu.

Dari dalam negeri ia mengagumi puisi Sapardi Djoko Damono . Ia mengaku membeli buku "DukaMu Abadi" karya SDD sewaktu SMU. Sampai sekarang masih menyimpan dan membaca buku itu. "Saya kira sajaknya unik sekali. Keliatan gampang, tapi susah," katanya.

Dari SDD pula ia mendapatkan semangat untuk menerjemahkan karya-karya penyair luar negeri. Katanya itu cara terbaik menggarap puisi.

Ketertarikannya mempelajari puisi karya penyair luar negeri makin bertambah ketika dirinya mengenal blog. "Saya jadi makin rakus sejak ngeblog. saya ketemu Pablo Neruda dan kepincut berat sama dia," akunya.

Hasan juga mengulas proses kreatif beberapa penyair lain dan menulis esai tentang puisi. Joko Pinurbo, Sapardi Djoko Damono, Goenawan Mohammad, dan belakangan Sitok Srengenge adalah beberapa penyair yang pernah diulas proses kreatifnya dalam blognya.

Selain Sapardi, Hasan juga mengagumi puisi Goenawan Mohamad (GM). Tapi kekagumannya kepada si penyair Malin Kundang ini tidak sebesar kekagumannya kepada SDD. Cuma sedikit, katanya. Kok cuma sedikit?

"Sajak GM itu sangat intelektual. Saya kira saya mesti baca banyak dulu untuk bekal memahami sajak GM," katanya.

Yang lebih mencengangkan, HAH juga membuat RUU Kepenyairan. Apakah ini semacam kredo puisi HAH? Bacalah pesan dipengantar RUU ini untuk memahami apa yang hendak disampaikannya dalam RUU itu.

"Saya tidak sedang berkampanye jadi Menteri Perpuisian dan Kepenyairan. Jadi siapa yang ingin menertawakan RUU ini ya silakan. Mau merevisi ya silakan. Mau membaca dengan serius ya silakan. Ini cuma hasil kerajinan tangan pencinta puisi yang lagi kurang kerjaan. Ini edisi revisi."

Kini HAH tiap harinya bergelut dengan puisi. Ia rela membagi waktu diantara kesibukannya menjadi Pemimpin Redaksi Batam Post, harian lokal group Jawa Pos dan menggambar kartun. Ngartun merupakan hobi lain Hasan selain membuat puisi. "Kadar perhatiannya sama antara kartun dan puisi. Ya, poligami lah..."

Bahkan selain mengelola blog sejuta_puisi, ia juga menjadi moderator sejuta_puisi@yahoogroups.com. Milis yang didirikan Hasan pada 13 November 2003, lebih muda dari blog sejuta-puisi yang dibuat pada Desember 2002 itu kini telah mimiliki ratusan anggota. Mereka berdiskusi apasaja tentang puisi.

Membuat puisi ini sekaligus menjadi tempat HAH melepas penat setelah saban hari menggarap berita-berita kriminal yang menjadi garapan utama medianya itu. Ia menyebutnya sebagai metode membersihkan otak.

"Saya kerja di koran kriminal. Tiap hari beritanya kalau gak rampok, maling, kalau gak copet, jambret, pemerkosaan, pencabulan. Nah otak saya kotor dengan berita berita itu. Saya bersihkan dengan puisi. Ketika menulis puisi rasanya fresh lagi. Jadi semacam terapi lah," terangnya.

Membuat puisi bagi HAH berarti mengakrabi kata. Maka tiap kata ia coba, ia akrabi. Ia cumbui layaknya istri. Baginya mengakrabi kata berarti menyadari kehadiran kata-kata. Merasakan ia ada. "Cobalah tengok langit. Kata apa yang ada di sana? Kau bilang: awan, biru, putih, gumpal, anjak, punjung, kepak, sayap, jejak, kosong, terbang, kibar, asap, sembunyi, terang, perjalanan ..... Banyak sekali. Apa saja bisa kita temui atau kita hadirkan di langit," tulisnya suatu kali diblog sejuta-puisi.

Bagaimana komentar pembaca atas sajak-sajak HAH. Simak komentar Inez Dikara dari Jakarta atas sajak "Monograf Mitologi" dan "Risalah Dongeng" berikut ini.

"Saya hampir kehilangan kata-kata ketika membacanya karena otak saya ini sungguh tidak sampai untuk bisa memikirkan bagaimana Hasan Aspahani bisa menuliskan semua itu. Kedalaman perenungan, kerumitan tapi ada kesederhanaan juga. Pokoknya begitulah mas. Jleb sejleb-jleb-nya."

Ya, keakraban Hasan dengan sajaknya itu seolah telah melupakan masalalunya yang pernah kuliah di Jurusan Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB). Kecintaannya pada puisi sebenarnya sudah tumbuh sejak dirinya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Karena bukan dari keluarga penyair, Ia pun belajar puisi secara otodikdak, bukan dari orang tua. Lantas kenapa dia tak kuliah di Fakultas Sastra?

"IPB ngundang saya (PMDK). Itu satu satunya kesempatan saya ke Jawa. Kalau tidak saya di Kalimantan saja. ya dulu namanya USMI, undangan seleksi masuk IPB," katanya.

Bulan Januari tahun depan puisi HAH akan nampang di majalah Indopahit, yang terbitkan dalam rangka pernikahan Andreas Harsono, rekan wartawan yang tinggal di Jakarta. Puisi yang dibuat untuk kado pernikahan itu bercerita tentang mitologi. Ada Mitologi Hati, Mitologi Ombak, Mitologi Pena, dan mitologi lainnya. Semua puisi tentang Mitologi itu bisa dibaca diblog sejuta-puisi.

Sebelumnya, Hasan juga menulis sajak untuk dua blogger angkatan tua, yakni Paman Tyo pemilik blogombal.org dan Pakde Totot. Kepada Paman Tyo dibuatkan "Sajak Gombal", sementara untuk Pakde Totot yang menekuni dunia periklanan, dibuatkan sajak berjudul "Seorang dari Gambar Sebuah Iklan".

Tahun depan HAH juga akan menerbitkan buku perdananya. Judul buku diambil dari salah satu puisi favoritnya berjudul “Skenario Persetubuhan Pertama di Dunia”. Puisinya yang satu ini berkesan karena paling merisaukan setelah jadi, paling remeh proses jadinya. "Idenya dari nonton film india. Saya bayangkan Adam dan Hawa bahagia di surga ya kayak gitu," katanya.

Hmmm, bolehkah minta sajak yang anda berikan untuk sang mantan pacar itu?

“Itu puisi limited edition. Memang hanya ditulis untuk dia, hahaha...”


*Tulisan ini dimuat di rubrik blog suaramerdeka.com.
___________________________________________________

Bloggernarsis@yahoogroups.com adalah forum diskusi blogger Jawa Tengah yang dibentuk oleh tim kreatif suaramerdeka.com. Kami mengundang anda bergabung, berdiskusi seputar blogger di Jawa Tengah secara khusus, dan dunia blog secara umum. Hasil diskusi dan artikel seputar blog bisa diakses di blog.suaramerdeka.com. Selain itu kami juga melayani untuk pelatihan blog dasar dan lanjut.

Tulisan yang masih berkaitan:



2 comments:

  1. Sebagai "bloggertuarentahinadina" saya hanya menunggu kapan puisinya genap sejuta. :D

    ReplyDelete
  2. ehm... emang belum ada satu juta ya om, tapi kok ya berani2nya namai blognya dengan sejuta-puisi. hmmm...dasar penyair. nggak konkritttt hehe

    "bloggertuarentahinadina", kok kayak pepatah-petitih: sudah jatuh tertimpa tangga, ketubruk sepeda, ketimpa kerupuk satu kwintal... abis dah tau gombal, eh malah dipertegas dibikinin sajak gombal pula, ya gombal plus+++

    ReplyDelete