28 January 2006

Satire Sebuah Kerajaan Surga

Judul : Kingdom of Heaven
Sutradara : Ridley Scott
Skenario : William Monahan
Pemain : Orlando Bloom, Eva Green, Jeremy Irons, David Thewlis,
Brendan Gleeson, Marton Csokas, dan Liam Nelson.
Produksi : 20 Century Fox
Durasi : 145 menit
Katagori : Aksi/Petualangan/Drama


Pertikaian berkepanjangan antara umat Kristen dengan Muslim masih terus berlangsung di perbatasan Palestina dan Israel. Keduanya merasa memiliki Yerussalem (Palestina) yang diangap sebagai tanah suci. Bagi kaum muslim, Yerussalem menjadi tempat suci karena di sana terdapat Baitul Maqdis.

Tanah suci akhirnya menjadi penyebab pertikaian, yang telah dimulai sejak beratus-ratus tahun silam, antara umat muslim dan umat nasrani, hingga sekarang.

Kenyataan itu teramat ironis. Tanah suci yang diagungkan oleh kedua belah pihak justru menjadi tempat pertumpahan darah. Menjadi saksi pertikaian antar umat beragama. Benarkah semua itu dilakukan demi membela agama? Ridley Scott, sutradara film Kingdom of Heaven menjawab sebagaian pertanyaan itu lewat karyanya ini.

Film ini mengambil setting tahun 1184, bersamaan dengan berlangsungnya Perang Salib. Balian, yang diperankan oleh Orlando Bloom adalah seorang pandai besi, tinggal di sebuah desa di Perancis. Ia kehilangan kepercayaannya setelah istri dan anaknya meninggal dunia. Ia kemudian dikucilkan oleh masyarakat setempat karena sang istri meninggal bunuh diri.

Datang Godfrey (Liam Nelson), yang mengaku baron dari Ibelin, dan punya 100 tentara perang di Yerussalem. Ia jauh-jauh datang ke desa kecil di Perancis itu untuk menemui anaknya, yang tak lain adalah Belian. Sekaligus juga minta maaf, karena sebenarnya ia tak memerkosa ibunya, seperti yang diketahui Belian, tapi mereka saling mencintai.

Godfrey mengajak Belian ke Yerussalem. Di sana mereka bisa menebus dosa. Dosa Godfrey yang telah menelantarkan anaknya, dan Belian yang harus menebus dosa istrinya karena mati bunuh diri.

Tapi dijalan mereka bertikai dengan pasukan dari Perancis, yang ingin meminta Balian karena telah membunuh uskupnya. Godfrey, mengalami luka serius, akibat tertusuk anak panah. Sesampai di Ibelin, Sang Raja sakit-sakitan sampai akhirnya meninggal dunia.

Sebelum meninggal, Ia berpesan pada anaknya, Ibelin, untuk pergi ke Yerussalem. Katanya, Ia ingin melihat dunia baru, di mana terdapat sebuah kedamaian di tanah suci. Umat nasrani dan muslim bisa hidup berdampingan. Ia menyebutnya “Kindom of Heaven”, sebuah Kerajaan Surga, kerajaan yang dibentuk atas dasar nurani. Dipenuhilah permintaan sang ayahanda, Belian pergi ke Yerussalem.

Dikisahkan sepeninggal raja Baldwin IV, kondisi daerah itu kembali berkecamuk. Pertikaian kembali terjadi antara Yerussalem dengan tentara muslim yang dipimpin oleh Saladin, Raja Sarachen.

Hal itu disebabkan oleh sekelompok bangsawan Yerussalem yang fanatik terhadap agamanya. Kelompok ini berpandangan orang muslim harus diperangi, karena mereka orang kafir. Kelompok ini diwakili oleh Guy de Lusignan, dan Reynald de Catilon, orang tangan kanannya..

Akhirnya Yerussalem diserahkan kepada pihak muslim setelah Putra Godfrey (Balian) tak mampu menahan serangan tentara Saladin. Diceritakan bahwa bahwa pertikaain di Yerussalem masih terus berlangsung antara kaum muslim dan nasrani.

Scott, sang sutradara, memang getol menggarap film-film epik seperti drama historical. Salah satu film besutannya empat tahun lalu, Gladiator, berhasil memperoleh penghargaan Best Picture pada Piala Oscar. Adegan dalam Kingdom of Heaven hampir serupa dengan Gladiator.

Menonton Kingdom of Heaven juga mengingatkan kita pada film Troy karya Wolfgang Petersen dan Alexander karya Oliver Stone. Scott dinilai lebih banyak meniru daripada membuat yang benar-benar baru. Namun dalam Kingdom of Heaven, cerita lebih mendalam, dan lebih banyak bercerita tentang motivasi tokohnya ketimbang menyuguhkan aksi seperti dalam Gladiator.

Yang menarik dari film ini adalah dialog antar tokoh yang sangat memukau. Seperti dikatakan oleh Godfrey pada Belian sebelum ia meninggal, “Pada hari kiamat nanti, kamu bukan lagi seperti dirimu saat terlahir, tapi dirimu yang ada yang telah kau buat sekarang ini.

Ucapan Godfrey ini meyakinkan keraguan Belian yang ingin menebus dosa dari masalalunya yang gelap. Selain itu, Godfrey juga banyak mengajarkan pada Belian tentang kearifan seorang ksatria.

Ada perkataan menarik yang keluar dari mulut Belian. Ia mengatakan pada tentara dan rakyat sipilnya bahwa mana yang lebih suci, apakah tanah kelahiran atau tempat ibadah. Siapa yang lebih berhak, apakah orang muslim atau nasrani? Dikatakan semuanya berhak, baik dia dan warganya maupun Saladin. Menurutnya, warga Yersusalem berperang untuk memebela harga dirinya.

Sayang, film ini lebih banyak menyoroti dari sisi kaum nasrani ketimbang kaum muslim. Hanya diceritakan bahwa Saladin, Raja Sarachen, adalah musuh Yerussalem. Sementara kehidupan Saladin dan pasukannya sama sekali tak disinggung.

Penonton barangkali akan kecele karena Scott tidak membahas tentang religiusitas. Bagaimana pendapat orang nasrani tentang Perang Salib, apakah mereka menganggapnya sebagai peperangan kudus untuk mengontrol Yerussalem dari kaum muslim? Tapi sang sutradara lebih banyak menceritakan tentang kekuatan dan kehebatan personal ketimbang membahas isu teologi.

Tapi upaya yang dilakukan sang sutradara film ini layak diapresiasi, karena mampu menyajikan cerita secara proporsional. Meski diceritakan dari sudut pandang orang nasrani, namun tidak lantas kemudian mencela pihak islam. Film ini juga jauh dari kesan sebagai Propaganda Barat, seperti kebanyakn film-film lain yang banyak memojokkan islam.

Terlepas dari kekurangan dan kelebihannya, film Kingdom of Heaven ini layak ditonton untuk menambah wawasan kita tentang konflik yang terjadi di Timur Tengah dan Barat selama ini. Film ini sekaligus juga menjadi tempat rekreasi, karena tidak melulu berkisah tentang peperangan, tapi juga terselip kisah percintaan antara Belian, yang diperankan oleh Orlando Bloom dan Ratu Sybellia yang diperankan oleh Eva Green.

Versi lain dipublikasikan di Suara Merdeka Cyber News

Tulisan yang masih berkaitan:



4 comments:

  1. Ah masak sih film barat bisa berimbang dalam mengangkat isu seputar islam?

    ReplyDelete
  2. Semula saya juga skeptis terhadap film ini. Tapi setelah saya menonton sendiri, film ini tak seperti kebanyakan film barat kebanyakan dalam mengangkat seputar isu islam. konon film ini telah membuka ruang diskusi antara umat muslim dan non muslim di eropa. kedua belah pihak bisa mengapresiasinya.

    Anda sendiri sudah nonton filmnya?

    ReplyDelete
  3. wah kayaknya jelek tuh filmnya

    adin

    ReplyDelete
  4. jelek, kayaknya, emang dah nonton?

    ReplyDelete